Senin, 24 Maret 2008

12 alasan tidak rayakan MAULID NABI

Kajian 8 Robiul Awwal 1429/16 Maret 2008

Masjid Imam Ahmad bin Hambal, Tanah Baru-Bogor

Penceramah: Ust. Yazid bin Abdul Qodir Jawas



Maulid Nabi



Prinsip ibadah dalam Islam :

1. Tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatu, sebagai konsekuensi dari syahadat laa ilaaha illalloh

2. Tidak beribadah kecuali yang Alloh syariatkan dalam Al Qur’an atau oleh rosul-Nya, tidak boleh mengikuti hawa nafsu, dan tidak boleh berbuat bid’ah. Konsekuensi dari syahadat rosul.



Alasan tidak boleh merayakan maulid nabi:

1. Rosululloh tidak pernah mencontohkan dan menyuruh baik melalui qoul (perkataan), fi’il (perbuatan), taqrir (ketetapan) tentang perayaan maulid nabi.

2. Para sahabat nabi tidak pernah melakukan maulid, padahal mereka adalah sebaik-baik umat setelah Rosululloh Sholallohu ‘alaihi wa Sallam.

3. Perayaan maulid nabi mengikuti sunnahnya orang-orang menyimpang dan sesat.

Maulid nabi pertama kali dilakukan oleh golongan syi’ah fatimiyyun pada abad ke-4 H. Mereka pertama kali melakukan maulid hasan-husain, maulid fatimah, kemudian maulid nabi sebagai langkah untuk menarik simpati ahlus sunnah karena ahlus sunnah membenci mereka akibat banyaknya ulama ahlus sunnah yang dibunuh oleh mereka.

4. Alloh telah menyempurnakan agama ini (QS Al Maidah: 3).

5. Mengadakah perayaan maulid nabi, mengandung indikasi bahwa Alloh belum menyempurnakan agama, juga berarti mengadakah syariat baru untuk melengkapi agama, serta menuduh nabi khianat karena belum menyampaikan agama.

Imam Malik berkata, “Barangsiapa menyangka ada bid’ah hasanah, maka dia telah menuduh nabi khianat.”

6. Para ulama Islam mengingkari maulid, dan mereka mengancam umat (dengan dalil) dari perayaan maulid nabi.

7. Sesungguhnya merayakan maulid nabi tidak mewujudkan cinta kepada rosululloh, tapi mewujudkan cinta kepada beliau adalah dengan ‘ittiba, mengamalkan sunnahnya dan taat kepadanya.

Cinta kepada beliau wajib hukumnya, bahkan seseorang tidak dikatakan beriman hingga ia lebih mencintai rosululloh daripada dirinya, orang tuanya, anaknya, dan semua manusia.

8. Merayakan maulid nabi dan menjadikannya sebagai hari raya merupakan penyerupaan kepada yahudi dan nasrani, yang kita dilarang untuk menyerupai dan mengikuti mereka.

Dalam setiap syariat nabi dan rosul tidak pernah dikenal adanya perayaan kelahiran, dan golongan yang pertama kali merayakan hari kelahiran adalah kaum nasrani yang merayakan natal. Mereka beramal tanpa didasari ilmu, lain dengan yahudi yang berilmu tapi mereka tidak mau beramal.

9. Orang yang berakal tidak boleh tertipu dengan banyaknya orang yang merayakan maulid di banyak negara, karena kebenaran itu tidak ditimbang dengan banyaknya manusia tetapi dengan dalil

Alloh Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an surat Al An’am ayat 116 : Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).

10. Dalam kaidah syariat, mengembalikan apa-apa yang diperselisihkan manusia pada kitabulloh dan sunnah rosul-Nya.

Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali (Asy Syuro: 10).

Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (An Nisa: 59)

Ibnu Katsir berkata, “Apa-apa yang tidak dikerjakan oleh nabi dan sahabat (dalam hal agama) adalah bid’ah.

11. Bahwa sesungguhnya yang disyariatkan kepada setiap muslim pada hari senin adalah puasa, kalau mau. Ini sebagai alasan rosululloh melakukan puasa pada hari senin seperti terdapat dalam shohih Muslim, senin hari dilahirkanku dan diturunkan wahyu. Bukan memperingati kelahiran dengan maulid. Menurut penelitian para ulama tarikh, bahwa yang rojih hari kelahiran nabi adalah pada tanggal 8 Robiul Awal, bukan 12 Robiul Awal seperti yang diperingati oleh kebanyakan orang dengan merayakan maulid nabi, wallohu ‘alam.

12. Perayaan maulid tidak lepas dari adanya kemunkaran dan kerusakan.

Sebagai bukti, banyak terjadi kesyirikan dimana pada bulan tersebut banyak orang berziarah ke kuburan wali, menyanjung nabi secara berlebih-lebihan, campur baur antara laki-laki dan perempuan (ikhtilath), adanya musik, lagu, dan tidak merubah apa pun dalam agama. Sudah berapa abad perayaan ini dilakukan, akan tetapi masjid-masjid ramai hanya pada bulan ini saja, kemudian para wanita mengenakan jilbab pada perayaan maulid saja dan tidak setelahnya.

sumber: iwan_rid@yahoo.com